JAMBI - Keras hati, sulit diberi pemahaman menuju kebaikan! Setidaknya begitu gambaran sosok Haji Palilek alias Pak Janggut, 78 tahun yang selama ini diduga menjadi pelopor pembakar lahan gambut di Kabupetan Tanjungjabung Barat, Jambi.
Tokoh peladang nomaden bernama asli Palilek ini, bersama 20-an anggota kelompoknya, semenjak satu dasawarsa terakhir, dituding sebagai penyebab rutinnya kebakaran lahan gambut di sekitar Kecamatan Pengabuan, Tanjungjabung Barat, saban musim kering tiba.
Hebatnya, meskipun sudah “ditandai”, kegiatan membakar yang dilakukan Pak Janggut dan kelompoknya, terkesan aman-aman saja. Karena lihai dan lokasi yang dibakar berpindah-pindah, dan sulit diakses, membuat Pak Janggut cs selama ini tidak terjangkauan penindakkan hukum oleh aparat pemerintah.
Namun tidak sepenuhnya demikian. Diperoleh informasi sesungguhnya Pak Janggut Cs telah beberapa kali didekati aparat, terutama dari TNI dan Polri, termasuk oleh tim pencegah karhutla dari pihak korporasi terdekat, mengimbau Pak Janggut dan anggota kelompoknya berhenti membakar di lahan gambut berkedalaman satu sampai dua meter yang mereka okupasi di sekitar Ujung Jadam Parit 9, Desa Sungai Baung, Pengabuan.
Namun ajakan kebaikan itu tidak diindahkan. Bahkan Pak Janggut kerap melakukan penolakan keras dan memasang badan siap mati ditembak atau ditangkap demi membela kepentingan kelompoknya yang meyakini membakar lahan menyuburkan ladang yang hendak ditanami. Komoditi tanaman andalan mereka adalah jagung dan laos.
Sikap kurang bersahabat itu pun diperlihatkannya kepada Kapolres Tanjungjabung Barat, Polda Jambi, Ajun Komisaris Besar Guntur Saputro yang sepekan terkahir ini rutin melakukan pendekatan persuasif kepada kelompok paladang nomaden di kawasan gambut Sungai Baung.
Hari pertama pendekatan ke lokasi Pak Janggut, awal pekan lalu, tanpa bersenjata, Guntur Saputro bersama tiga anggotanya, mendapat sambutan kurang bersahabat. Sejumlah peladang dengan senjata parang mengelilingi Guntur yang tengah melakukan pendekatan dengan Pak Janggut.
“Aku sejak umur duabelas tahun sudah jadi petani. Kami tidak tahu pupuk, yang kami tahu subur setelah dibakar. Kalau Bapak Kapolres mau tangkap atau menembak aku, tangkaplah, tembaklah! ujar Palilek alias Pak Janggut sewaktu mengobrol dengan Guntur dalam pondok ladangnya, saat itu.
Baca juga:
Banjir Isolasi Desa Lubuk Sebotan
|
Namun ketegasan dan pendekatan humanisnya, Guntur mampu mendinginkan situasi. Kepada Pak Janggut Cs, Guntur menegaskan kedatangannya merupakan kewajiban tugas untuk mencegah potensi kebakaran lahan gambut yang selama ini terpetakan sering muncul di daerah Sungai Baung.
“Daerah Sungai Baung, khususnya yang sekitar ladang Pak Janggut target kegiatan mitigasi karhutla tahun ini. Kita menginginkan resolusi permanen, agar daerah gambut di sana ke depannya tidak ada lagi pembakaran, ” kata Guntur.
Pasca hari kedua pendekatan, suasana komunikasi antara Pak Janggut Cs dan Guntur Saputro dan beberapa anggota kian cair. Melibatkan praktisi pertanian lahan gambut Ali Sadikin - tokoh lingkungan yang didaulat menjabat Kepala Desa Makmur Jaya, Kecamatan Betara, Tanjungjabung Barat - Guntur menggajak Pak Janggut Cs merubah pola pikir sesat yang dia yakini selama ini. Pak Janggut diedukasi untuk mengolah limbah tebasan lahan di ladang-ladang garapan menjadi pupuk kompos.Tidak lagi dengan membakar.
Melalui komunikasi yang intensif, dan paparan inovasi dan edukasi didukung kajian ilmiah, mudah dicerna, serta perapan contoh lapangan yang baik dari Guntur dan tim, Pak Janggut Cs perlahan terlihat mulai yakin.
Perilaku menerima itu terlihat ketika dia dan anggota kelompok antusias mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos dari limbah lahan. Pak Janggut dan beberapa peladang anggotanya, pun proaktif rutin menyiram demplot ladang jagung yang dibuat di belakang pondoknya.
Pak Janggut pun, merasa semakin yakin, ketika bibit jagung manis yang disemai menggunakan pupuk kompos hasil pengolahan limbah lahan yang dibawakan Guntur dan Ali Sadikin mulai bertunas.
Selain memberikan bantuan bibit tanaman palawija dan buah-buahan, untuk membantu kebutuhan pangan, Guntur mengulurkan bantuan sembako yang diperkirakan mencukupi kebutuhan Pak Janggut dan 20-an anggotanya.
“Menggembirakan, Pak Janggut dan anggota kelompoknya mulai yakin dan bersedia untuk berhenti buka ladang dengan membakar. Namun kita tetap mengawal dan mendampingi beliau. Kita mendirikan Posko Membumi Mitigasi Karhutla tidak jauh dari pondok ladang beliau, ” kata Guntur Saputro, Sabtu malam. (st.permato)